ini merupakan materi power point untuk mata kuliah PPKN tentang presentasi sebelas maret..Klik gambar di bawah ini !!
jam
Sabtu, 11 Mei 2013
Jumat, 10 Mei 2013
Derivat Epidermis
Derivat epidermis adalah suatu bangunan atau alat tambahan pada epidermis yang berasal dari epidermis, tapi memiliki struktur dan fungsi yang lain dengan epidermis. Contohnya antara lain adalah litokis, sel kipas, dan sel silika serta sel gabus.
Litokis terdapat pada daun Ficus dengan penebalan sentripetal. Secara ontogeni terbentuk melalui proses berikut: mulanya dinding sebelah luar epidermis mengalami penonjolan ke arah dalam yang tersusun atas selulosa, lama kelamaan tangkai selulosa semakin panjang diikuti oleh pembesaran dan pemanjangan sel, lalu pada tangkai selulosa dideposisikan CaCO3 dengan tidak merata (seperti sarang lebah). Tangkai selulosa dan CaCO3 disebut sistolit, sedang seel yang mengandungnya disebut litokis.
Sel kipas disebut juga motor sel atau buliform sel, merupakan alat tambahan pada epidermis atas daun-daun Poaceae, Cyperaceae, yang tersusun oleh beberapa sel dengan ukuran yang lebih besar daripada epidermis, berbentuk seperti kipas yang terbentuk dari sel-sel yang berdinding tipis dengan sebuah vakuola sentral. Plasma sel berupa selaput yang melekat pada dinding sel berfungsi menyimpan air. Kalau udara panas, air dalam sel kipas akan menguap, sel kipas akan mengkerut sehingga luas permukaan atas daun akan lebih kecil dari luas permukaan bawah. Oleh karenanya daun akan menggulung dan akan mengurangi penguapan lebih lanjut.
Di antara sel-sel epidermis batang tebu dan bambu ada sel yang mengandung kristal kersik (SiO2) atau sel silika yang biasanya didampingi oleh sel gabus. Sel gabus dindingnya mengandung suberin, dan sering mengandung bahan organik yang padat. Distribusinya menyebabkan pengerasan pada kulit batang tebu. Bentuknya segitiga, segiempat, tidak teratur, angka 8, membulat, dan lain-lain.
Transkripsi dan Translasi
Mau liat video tentang transkripsi dan translasi pada DNA.. simak video di bawah ini!!!
Pembelahan Mitosis dan Meiosis
A. Mitosis
Sel
yang membelah secara mitosis akan menghasilkan dua sel anak yang masing-masing
memiliki sifat dan jumlah kromosom yang sama dengan induknya. Mitosis terjadi
pada perbanyakan sel tubuh (sel somatis). Sifat kromosomnya
berpasangan,sehingga disebut diploid (2n). Pembelahan mitosis
berlangsung secara bertahap melalui beberapa fase,yaitu profase, metafase,
anafase, telofase, dan interfase.
a. Profase
Pada
fase ini induk yang akan membalah memperlihatkan gejala terbentuknya dua
sentriol dari sentrosom:yang satu tetap ditempat,yang satu bergerak ke arah
kutub yang berlawanan.masing-masing sentriol memancarkan serabut-serabut berupa
filamen yang disebut benang gelendong pembelahan (benang spindel) yang
menghubungkan sentriol satu dengan
sentriol yang lain.
Membran
inti yang masih tampak pada profase awal kemudian segera pecah-pecah.lalu
butiran kromatin yang kemudian memendek dan menebal menjadi kromosom. Dengan
bagian yang menggenting disebut sentromer. Sentromer adalah bagian kromosom
yangtidak bisa menyerap zat warna. Masing –masing sentromer mengandung
kinetokor,yaitu tempat mikrotubulus terikat.
Kemudian
kromosom berduplikasi membujur menjadi dua bagian yang masing-masing disebut
kromatid. Bersam dengan itu anak inti(nukleolus)mengecil dan tidak tampak atau
menghilang.dengan demikian,kromatid terjerat pada benang spidel. Sementara itu
benag spidel meluas ke luar ke segala arah disebut sebagai aster.
Di
akhir profase selubung inti sl pecah dan setiap kromatid melekaaat di beberapa
benang spidel di kinetokor. Kromosom duplikat lalu meninggalkan daerah kutub
dan berjajar di ekuator.
Pada
sel tumbuhan yang tidak mempunyai sentrio, benang gelendong pembelahan ini
terbentuk di antara dua titik yang disebut titik kutub.
b. Metafase
Periode selama kromosom di ekuatorial disebut
metafase.membran inti sudah menghilang,kromosom berada di bidang ekuator,dengan
sentromernya seolah kromosom berpegang pada benang gelendong pembelahan. Pada
fase ini kromosom tampak paling jelas.
c. Anafase
Selama anafase kromatid bererak menuju ke
arah kutub-kutub yang berlawanan. Kinetokor yang masih melekat pada benang
spidel berfungsi menujukkan jalan,sedangkan lengan kromosom mengikuti
dibelakang.
d. Telofase
Kromatid-kromatid
mengumpul pada kutub-kutub.benang gelendong menghilang,kromatid menjadi kusut dan
butiran-butiran kromatid muncul kembali. Selaput inti terbentuk kembali dan
nukleolus terlihat lagi. Pada bagian bidang ekuator terjadi lekukan yang makin
lama makin kedalam hingga sel induk terbagi menjadi dua yang masing-masing
mempunyai sifat dan jumlah kromosom yang sama dengan induknya.
e. Interfase
Interfase di
sebut pula fase istirahat namun sebutan ini kurang tepat karena justru pada
saat inti sel mempersiapkan diri untuk pembelahan lagi dengan mengumpulkan
materi dan energi pada fase ini kromosom tidak tampak.akhirnya pembelahan
secara mitosis menghasilkan dua sel anak yang masing-masing sel anakan memiliki
jumlah dan sifat kromosom yang sama dengan sel induknya pada pembelahan ini
terjadi pembagian inti (kariokinesis) dan pembagian plasma
/sitoplasma(sitokenesis).
Pada makhluk hidup bersel banyak mitosis
merupakan mekanisme memperbanyak sel atau pertumbuhan,sedangkan pada organisme
bersel satu mitosis merupakan cara bereproduksi. Mitosis terjadi pada sel-sel
tubuh dan berlangsung mulai dari terbentuknya zigot yang bersifat diploid.
Sel-sel tertentu seperti otot dan saraf tidak lagi membelah pada batas-batas
tertentu.
Sel-sel yang telah mengalami diferensiasi
tidak lagi membelah secara mitosis.
Berikut ini video tentang pembelahan mitosis..Untuk download klik DISINI !
B. Meiosis
Pembelahan
sel ini berlangsung melalui dua thap pembelahan tanoa melalui interfase,dikenal
dengn meiosis I dan meiosis II.
a. Meiosis I
Meiosis
I,fase-fasenya meliputi:
1. Profase I
Profase
terbagi lagi menjadi fase-fase sebagai berikut:
a. Leptonema
b. Zigonema
c. Pakinema
d. Diplonema
e. Diakinesis
2. Metafase I
Tetrad
berkumpul dibidang ekuator,
3. Anafase I
Benang
gelendong pembelahan dari masing-masing kutub menarik kromosom homolog sehingga
setiap pasangan kromosom homolog berpisah bergerak ke arah kutub yang
berlawanan.sentromer belum membelah setiap kuub menerima campuran acak kromosom
dari ibu dan bapak.
4. Telofase I
Kromatid
memadat,selubung inti terbentuk,dan nukleolus muncul lagi,kemudian sitokinesis
berlangsung.
Pada
manusia terjadi duplikasi 2 kromosom dari jumlah 4 kromatid sehingga terbentuk
23 kromosom yang diduplikasi di stiap kutub. Benang gelendong lenyap kromatid
muncul kembali;setriol berperan sebagai sentrosom kembali.
b. Meiosis II
Meiosis
II, fase-fasenya meliputi:
1. Profase I
Sentrosom
membentuk dua sentriol yang letaknya pada kutub yang berlawanan dan dihubungkan
oleh benang gelendong. Membran inti dan nukleolus lenyap,kromatid berubah
menjadi kromosom yang terjerat oleh benang gelendong.
2. Metafase II
Kromosom
berada di bidang ekuator, kromatid berkelompok dua-dua. Belum terjadi
pembelahan sentromer.
3. Anafase II
Kromosom
melekat pada kinetokor benang gelendon,lalu ditarik oleh benang gelendong ke
arah kutub yang berlawanan yang menyebabkan sentromer terelah. Sebagai
akibatnya masing-masing kromatidnya bergerak ke arah yang berlawanan pula.
4. Telofase II
Kromatid
terkumpul pada kutub pembelahan lalu berubah menjadi kromatid kembali. Bersama
dengan itu membran inti dan anak inti terbentuk lagi, dan sekat pemisah semakin
jelas sehingga akhirnya terjadilah dua sel anakan.
Untuk
diingat :
·
Gametogenesis
pada tumbuhan terjadi melalui mitosis,bukan meiosis.
·
Meiosis
pada tumbuhan tidak menghasilkan gamet,melainkan spora.
·
Spora
selalu berkembang menjadi gametofit haploid multiseluler
·
Hewan
tidak pernah memiliki fase haploid multiseluler,sedangkan tumbuhan selalu
memiliki fase haploid multiseluler.
Berikut ini disajikan video tentang pembelahan meiosis.silahkan download DISINI !!!
C. Perbedaan mitosis dan meiosis
a. Mitosis
Ø Pada organisme bersel satu,untuk
memperbanyak diri(reproduksi)
Ø Pada organisme bersel banyak untuk
memperbanyak sel dan pertumbuhan.
Ø Pada tumbuhan mitosis terjadi
jaringan meristematis, misalnya di ujung batang ,ujung akar. Dan kambium
Ø Pada hewan terjadi di sel-sel
somatik(sel tubuh)
Ø Terjadi lewat rangkaian tahap, yaitu
profase ,metafase ,anafase, telofase,dan interfase
Ø Dua sel anak yang memiliki jumlah
kromosom seperti induknya (diploid)
b. Meiosis
Ø Pada organisme bersel banyak untuk
membentuk sel kelamin(gamet). Meiosis berfungsi mengurangi jumlah kromosom agar
keturunannya memiliki jumlah kromosom yang sama
Ø Pada tumbuhan terjadi di benang sari
dan putik
Ø Pada hewan terjadi di alat kelamin
Ø Terjadi lewat dua rangkaian
tahap,yaitu meiosis I dan meiosis II
v Meiosis I(leptonema,zigonema,
pakinema,diplonema, diakenesis),metafase I, anafase I, telofase
v Meiosis II profase II, metafase II,
anafase II, dan telofase II
Ø Empat sel anakan yang memiliki
setengah jumlah kromosom induknya (haploid)
D. Gametogenesis
Proses
pembentukan gamet disebut gametogenesis, yang berlangsung secara meiosis. Dalam
proses ini kadang terjadi fase maturasi (pematangan), yaitu perkembangan dari
hasil akhirat meiosis yang tidak langsung menjadi gamet. Di bagian muka telah
disinggung bahwa gametogenesis berlangsung di alat-alat kelamin baik pada
tubuhan maupun hewan. Gametogenesis dibedakan menjadi dua ,yaitu
spermatogenesis (pembentukan sperma) dan oogenesis (pembentukan ovum). Secara
prinsip keduanya melalui cara pembelahan yang sama namun hasil akhirnya
berbeda. Berikut ini video tentang gametogenesis..Klik DISINI !
1. Spermatogenesis
Proses
ini berlangsung dalam alat kelamin jantung ,pada hewan disebut testis. Dalam
testis terdapat bagian yang disebut tubulus semineferus. Pada bagian tersebut
terdapat sel-sel primordial yang bersifat diploid. Sel-sel primordial tersebut
berulang kali mengalami pembelahan secara mitosis , diantaranya membentuk
spermatogonium yang dianggap sebagai induk speerma.spermatogenesis bersifat
diploid (2n) dalam pertumbuhanya spermatogenesis primer yang bersifat diploid
pula, kemudian sel ini melakukan meiosis.pada meiosis I, dihasilkan dua sel
anak yang disebut spermatsit sekunder yang bersifat haploid. Pada meiosis II,
setiap sel tersebut menghasilkan dua sel
anakan hinggapada meiosis II terbentuk empat sel anakan yang disebut spermatid.
Spermatid bersifat haploid, yang dalam pertumbuhannya mengalami maturasi
membentuk sperma tozoon. Sel spermatid dilengkapi dengan ekor sehingga
spermetozoon dapat bergerak bebas bila berada pada medium cair. Hasil akhirdan
spermatgenesis adalah terbentuknya empat spermatozoon (jamak: spermatozoa)
fungsional dari satu sel induk yang mengalami meiosis.
2. Oogenesis
Oogenesis
berlangsung dalam ovarium hewan atau kandung lembaga dalam bakal biji.pada
tumbuhan berbiji (gametofilbetina). Sel primordial (asal) dalam ovarium yang
bersifat diploid adalah oogonium, dalam pertumbuhannya terbentuk oosit primer
bersifat diploid. Sel ini mengalami meiosis sehingga terbentuk dua sel, anakan,
yang satu besar disebut oosit sekunder dan yang satu selnya kecil disebut badan
kutub primer. Keduanya bersifat haploid karena telah terjadi pembagian
/penyusutan pada kromosom. Kedua sel ini mengalami meiosis II. Pada sel oosit
sekunder juga dihasilkan dua sel anakan yang satu besar disebut ootid sedangkan
yang satu kecil disebut badan kutub sekunder. Pada badan kutub hasil meiosis I
juga berlangsung meiosis II,dan hasil anakan berupa dua sel badan kutub. Namun
sel badan kutub mengalami degenerasi dalam perkembanganya hingga akhirnya mati,
sedangkan ootid mengalami perkembangan menjadi ovum. Dengan demikian pada
oogenesis, satu sel induk akhirnya membentuk satu ovum yang fungsional dan tiga
sel badan kutub yang tidak fungsional (tidak terlibat dalam pembuahan).
Biologi Sel dan video berikut ini (filament intermediet)
Filamen intermediat
Filamen intermediat merupakan bagian dari kerangka sel (sitoskeleton) yang memiliki diameter antara 8 hingga 12 nm, lebih besar daripada diameter mikrofilamen tetapi lebih kecil daripada diameter mikrotubula, yang fungsinya untuk menahan tarikan (seperti mikrotubula). Filamen intermediet terdiri dari berbagai jenis yang setiap jenisnya disusun dari subunit molekuler berbeda dari keluarga protein yang beragam yang disebut keratin. Mikrotubula dan mikrofilamen, sebaliknya mempunyai diameter dan komposisi yang sama di seluruh sel eukariot. Dibandingkan mikrofilamen dan mikrotubula yang sering dibongkar-pasang dalam berbagai macam bagian sel. Filamen intermediet termasuk peralatan sel yang lebih permanen. Perlakuan kimiawi yang memindahkan mikrofilamen dan mikrotubula dari sitoplasma meninggalkan jalinan filamen intermediet yang mempertahankan bentuk aslinya. Berbagai jenis filamen intermediet kemungkinan berfungsi sebagai kerangka keseluruhan sitoskeleton.
Berikut ini disajikan video tentang terbentuknya filamen intermediet..SILAHKAN DOWNLOAD DISINI !!
Power point asam amino dan protein
Berikut ini di sajikan power point tentang asam amino dan protein download power point tentang asam amino dan protein. Silahkan Klik DISINI !!
Asam Amino
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik:
cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan
asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.
Struktur asam amino
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya.
Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai
dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan
langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat
pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino.
Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai
samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat
asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan
hidrofobik jika nonpolar.
Isomerisme pada asam amino
Karena atom C pusat mengikat empat gugus yang berbeda, maka asam amino—kecuali glisina—memiliki isomer optik: l dan d.
Cara sederhana untuk mengidentifikasi isomeri ini dari gambaran dua
dimensi adalah dengan "mendorong" atom H ke belakang pembaca (menjauhi
pembaca). Jika searah putaran jarum jam (putaran ke kanan) terjadi
urutan karboksil-residu-amina maka ini adalah tipe d. Jika urutan ini terjadi dengan arah putaran berlawanan jarum jam, maka itu adalah tipe l. (Aturan ini dikenal dalam bahasa Inggris dengan nama CORN, dari singkatan COOH - R - NH2).
Pada umumnya, asam amino alami yang dihasilkan eukariota merupakan tipe l meskipun beberapa siput laut menghasilkan tipe d. Dinding sel bakteri banyak mengandung asam amino tipe d.
Polimerisasi asam amino
Lihat juga artikel tentang ekspresi genetik.
Protein merupakan polimer yang tersusun dari asam amino sebagai monomernya. Monomer-monomer ini tersambung dengan ikatan peptida,
yang mengikat gugus karboksil milik satu monomer dengan gugus amina
milik monomer di sebelahnya. Reaksi penyambungan ini (disebut translasi) secara alami terjadi di sitoplasma dengan bantuan ribosom dan tRNA.
Pada polimerisasi asam amino, gugus -OH yang merupakan bagian gugus
karboksil satu asam amino dan gugus -H yang merupakan bagian gugus amina
asam amino lainnya akan terlepas dan membentuk air. Oleh sebab itu,
reaksi ini termasuk dalam reaksi dehidrasi. Molekul asam amino yang telah melepaskan molekul air dikatakan disebut dalam bentuk residu asam amino.
Zwitter-ion
Karena asam amino memiliki gugus aktif amina dan karboksil sekaligus,
zat ini dapat dianggap sebagai sekaligus asam dan basa (walaupun pH
alaminya biasanya dipengaruhi oleh gugus-R yang dimiliki). Pada pH
tertentu yang disebut titik isolistrik, gugus amina pada asam amino menjadi bermuatan positif (terprotonasi, –NH3+), sedangkan gugus karboksilnya menjadi bermuatan negatif (terdeprotonasi, –COO-).
Titik isolistrik ini spesifik bergantung pada jenis asam aminonya.
Dalam keadaan demikian, asam amino tersebut dikatakan berbentuk zwitter-ion.
Zwitter-ion dapat diekstrak dari larutan asam amino sebagai struktur
kristal putih yang bertitik lebur tinggi karena sifat dipolarnya.
Kebanyakan asam amino bebas berada dalam bentuk zwitter-ion pada pH
netral maupun pH fisiologis yang dekat netral. Karena mempunyai muatan
negatif dan positif, asam amino dapat mengalami reaksi terhadap asam
maupun basa. [1]
Asam amino dasar (standar)
Protein tersusun dari berbagai asam amino yang masing-masing dihubungkan dengan ikatan peptida. Meskipun demikian, pada awal pembentukannya protein hanya tersusun dari 20 asam amino yang dikenal sebagai asam amino dasar atau asam amino baku atau asam amino penyusun protein (proteinogenik). Asam-asam amino inilah yang disandi oleh DNA/RNA sebagai kode genetik.
Berikut adalah ke-20 asam amino penyusun protein (singkatan dalam
kurung menunjukkan singkatan tiga huruf dan satu huruf yang sering
digunakan dalam kajian protein), dikelompokkan menurut sifat atau struktur kimiawinya:
Asam amino alifatik sederhana
- Glisina (Gly, G)
- Alanina (Ala, A)
- Valina (Val, V)
- Leusina (Leu, L)
- Isoleusina (Ile, I)
Asam amino hidroksi-alifatik
Asam amino dikarboksilat (asam)
- Asam aspartat (Asp, D)
- Asam glutamat (Glu, E)
Amida
- Asparagina (Asn, N)
- Glutamina (Gln, Q)
Asam amino basa
Asam amino dengan sulfur
Prolin
- Prolina (Pro, P) (memiliki gugus siklik)
Asam amino aromatik
- Fenilalanina (Phe, F)
- Tirosina (Tyr, Y)
- Triptofan (Trp, W)
Kelompok ini memiliki cincin benzena dan menjadi bahan baku metabolit sekunder aromatik.
Fungsi biologi asam amino
- Penyusun protein, termasuk enzim.
- Kerangka dasar sejumlah senyawa penting dalam metabolisme (terutama vitamin, hormon dan asam nukleat).
- Pengikat ion logam penting yang diperlukan dalam dalam reaksi enzimatik (kofaktor).
Asam amino esensial
Asam amino diperlukan oleh makhluk hidup sebagai penyusun protein
atau sebagai kerangka molekul-molekul penting. Ia disebut esensial bagi
suatu spesies organisme apabila spesies tersebut memerlukannya tetapi
tidak mampu memproduksi sendiri atau selalu kekurangan asam amino yang
bersangkutan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, spesies itu harus memasoknya
dari luar (lewat makanan). Istilah "asam amino esensial" berlaku hanya
bagi organisme heterotrof.
Bagi manusia,
ada delapan (ada yang menyebut sembilan) asam amino esensial yang harus
dipenuhi dari diet sehari-hari, yaitu isoleusina, leusina, lisina,
metionina, fenilalanina, treonina, triptofan, dan valina. Histidina dan
arginina disebut sebagai "setengah esensial" karena tubuh manusia dewasa
sehat mampu memenuhi kebutuhannya. Asam amino karnitina juga bersifat "setengah esensial" dan sering diberikan untuk kepentingan pengobatan.
Kamis, 09 Mei 2013
Replikasi DNA
Replikasi DNA adalah proses penggandaan rantai ganda DNA. Pada sel,
replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel.
Prokariota
terus-menerus melakukan replikasi DNA. Pada eukariota,
waktu terjadinya replikasi DNA sangatlah diatur, yaitu pada fase S siklus sel,
sebelum mitosis
atau meiosis
I. Penggandaan tersebut memanfaatkan enzim DNA polimerase
yang membantu pembentukan ikatan antara nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA. Proses replikasi DNA dapat pula
dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi
berantai polimerase (PCR).
Garpu
replikasi
Garpu replikasi atau cabang
replikasi (replication fork) ialah struktur yang terbentuk ketika DNA bereplikasi.
Garpu replikasi ini dibentuk akibat enzim helikase yang
memutus ikatan-ikatan hidrogen yang menyatukan kedua untaian DNA, membuat terbukanya
untaian ganda tersebut menjadi dua cabang yang masing-masing terdiri dari
sebuah untaian tunggal DNA. Masing-masing cabang tersebut menjadi
"cetakan" untuk pembentukan dua untaian DNA baru berdasarkan urutan
nukleotida komplementernya. DNA polimerase membentuk untaian DNA baru dengan
memperpanjang oligonukleotida yang dibentuk oleh enzim primase dan
disebut primer.
DNA polimerase membentuk untaian DNA
baru dengan menambahkan nukleotida—dalam hal ini, deoksiribonukleotida—ke ujung
3'-hidroksil bebas nukleotida rantai DNA yang sedang tumbuh. Dengan kata lain,
rantai DNA baru disintesis dari arah 5'→3', sedangkan DNA polimerase bergerak
pada DNA "induk" dengan arah 3'→5'. Namun demikian, salah satu
untaian DNA induk pada garpu replikasi berorientasi 3'→5', sementara untaian
lainnya berorientasi 5'→3', dan helikase bergerak membuka untaian rangkap DNA
dengan arah 5'→3'. Oleh karena itu, replikasi harus berlangsung pada kedua arah
berlawanan tersebut.
Replikasi DNA. Mula-mula, heliks
ganda DNA (merah) dibuka menjadi dua untai tunggal oleh enzim helikase (9)
dengan bantuan topoisomerase (11) yang mengurangi tegangan untai DNA. Untaian
DNA tunggal dilekati oleh protein-protein pengikat untaian tunggal (10) untuk
mencegahnya membentuk heliks ganda kembali. Primase (6) membentuk
oligonukleotida RNA yang disebut primer (5) dan molekul DNA polimerase
(3 & 8) melekat pada seuntai tunggal DNA dan bergerak sepanjang untai
tersebut memperpanjang primer, membentuk untaian tunggal DNA baru yang disebut leading
strand (2) dan lagging strand (1). DNA polimerase yang membentuk lagging
strand harus mensintesis segmen-segmen polinukleotida diskontinu (disebut
fragmen Okazaki (7)). Enzim DNA ligase (4) kemudian menyambungkan
potongan-potongan lagging strand tersebut.
Pembentukan
leading strand
Pada replikasi DNA, untaian pengawal
(leading strand) ialah untaian DNA yang disintesis dengan arah 5'→3'
secara berkesinambungan. Pada untaian ini, DNA polimerase mampu membentuk DNA
menggunakan ujung 3'-OH bebas dari sebuah primer RNA dan sintesis DNA
berlangsung secara berkesinambungan, searah dengan arah pergerakan garpu
replikasi.
Pembentukan
lagging strand
Lagging strand ialah untaian DNA yang terletak pada sisi yang
berseberangan dengan leading strand pada garpu replikasi. Untaian ini
disintesis dalam segmen-segmen yang disebut fragmen Okazaki.
Pada untaian ini, primase membentuk primer RNA. DNA polimerase dengan demikian
dapat menggunakan gugus OH 3' bebas pada primer RNA tersebut untuk mensintesis
DNA dengan arah 5'→3'. Fragmen primer RNA tersebut lalu disingkirkan (misalnya
dengan RNase H dan DNA Polimerase I) dan deoksiribonukleotida baru ditambahkan
untuk mengisi celah yang tadinya ditempati oleh RNA. DNA ligase
lalu menyambungkan fragmen-fragmen Okazaki tersebut sehingga sintesis lagging
strand menjadi lengkap.
Dinamika
pada garpu replikasi
Bukti-bukti yang ditemukan
belakangan ini menunjukkan bahwa enzim dan protein yang terlibat dalam
replikasi DNA tetap berada pada garpu replikasi sementara DNA membentuk gelung
untuk mempertahankan pembentukan DNA ke dua arah. Hal ini merupakan akibat dari
interaksi antara DNA polimerase, sliding clamp, dan clamp loader.
Sliding clamp pada semua jenis makhluk hidup memiliki struktur serupa dan
mampu berinteraksi dengan berbagai DNA polimerase prosesif maupun non-prosesif
yang ditemukan di sel. Selain itu, sliding clamp berfungsi sebagai suatu
faktor prosesivitas. Ujung-C sliding clamp membentuk gelungan yang mampu
berinteraksi dengan protein-protein lain yang terlibat dalam replikasi DNA
(seperti DNA polimerase dan clamp loader). Bagian dalam sliding clamp
memungkinkan DNA bergerak melaluinya. Sliding clamp tidak membentuk
interaksi spesifik dengan DNA. Terdapat lubang 35A besar di tengah clamp
ini. Lubang tersebut berukuran sesuai untuk dilalui DNA dan air menempati
tempat sisanya sehingga clamp dapat bergeser pada sepanjang DNA. Begitu
polimerase mencapai ujung templat atau mendeteksi DNA berutas ganda (lihat di
bawah), sliding clamp mengalami perubahan konformasi yang melepaskan DNA
polimerase.
Clamp loader merupakan protein bersubunit banyak yang mampu menempel
pada sliding clamp dan DNA polimerase. Dengan hidrolisis
ATP,
clamp loader terlepas dari sliding clamp sehingga DNA polimerase
menempel pada sliding clamp. Sliding clamp hanya dapat berikatan
pada polimerase selama terjadinya sintesis utas tunggal DNA. Jika DNA rantai
tunggal sudah habis, polimerase mampu berikatan dengan subunit pada clamp
loader dan bergerak ke posisi baru pada lagging strand. Pada leading
strand, DNA polimerase III
bergabung dengan clamp loader dan berikatan dengan sliding clamp.
Replikasi
di prokariota dan eukariota
Replikasi
DNA prokariota
Replikasi DNA kromosom
prokariota,
khususnya bakteri, sangat berkaitan dengan siklus pertumbuhannya. Daerah ori
pada E. coli, misalnya, berisi empat buah tempat pengikatan protein
inisiator DnaA, yang masing-masing panjangnya 9 pb. Sintesis protein DnaA ini
sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri sehingga inisiasi replikasi juga
sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri. Pada laju pertumbuhan sel yang sangat
tinggi; DNA kromosom prokariota dapat mengalami reinisiasi replikasi pada dua
ori yang baru terbentuk sebelum putaran replikasi yang pertama berakhir.
Akibatnya, sel-sel hasil pembelahan akan menerima kromosom yang sebagian telah
bereplikasi.
Protein DnaA membentuk struktur
kompleks yang terdiri atas 30 hingga 40 buah molekul, yang masing-masing akan
terikat pada molekul ATP. Daerah ori akan mengelilingi kompleks DnaA-ATP
tersebut. Proses ini memerlukan kondisi superkoiling negatif DNA (pilinan kedua
untai DNA berbalik arah sehingga terbuka). Superkoiling negatif akan
menyebabkan pembukaan tiga sekuens repetitif sepanjang 13 pb yang kaya dengan
AT sehingga memungkinkan terjadinya pengikatan protein DnaB, yang merupakan
enzim helikase, yaitu enzim yang akan menggunakan
energi ATP hasil hidrolisis untuk bergerak di sepanjang kedua untai DNA dan
memisahkannya.
Untai DNA tunggal hasil pemisahan
oleh helikase selanjutnya diselubungi oleh protein
pengikat untai tunggal atau single-stranded binding protein (Ssb) untuk
melindungi DNA untai tunggal dari kerusakan fisik dan mencegah renaturasi.
Enzim DNA primase kemudian akan menempel pada DNA dan menyintesis RNA primer
yang pendek untuk memulai atau menginisiasi sintesis pada untai pengarah. Agar
replikasi dapat terus berjalan menjauhi ori, diperlukan enzim helikase selain
DnaB. Hal ini karena pembukaan heliks akan diikuti oleh pembentukan putaran
baru berupa superkoiling positif. Superkoiling negatif yang terjadi secara
alami ternyata tidak cukup untuk mengimbanginya sehingga diperlukan enzim lain,
yaitu topoisomerase tipe II
yang disebut dengan DNA girase. Enzim
DNA girase ini merupakan target serangan antibiotik
sehingga pemberian antibiotik dapat mencegah berlanjutnya replikasi DNA bakteri.
Seperti telah dijelaskan di atas,
replikasi DNA terjadi baik pada untai pengarah maupun pada untai tertinggal.
Pada untai tertinggal suatu kompleks yang disebut primosom akan menyintesis
sejumlah RNA primer dengan interval 1.000 hingga 2.000 basa. Primosom terdiri
atas helikase DnaB dan DNA primase.
Primer baik pada untai pengarah
maupun pada untai tertinggal akan mengalami elongasi dengan bantuan holoenzim DNA
polimerase III. Kompleks multisubunit ini merupakan dimer, separuh akan bekerja
pada untai pengarah dan separuh lainnya bekerja pada untai tertinggal. Dengan
demikian, sintesis pada kedua untai akan berjalan dengan kecepatan yang sama.
Masing-masing bagian dimer pada
kedua untai tersebut terdiri atas subunit a, yang mempunyai fungsi polimerase
sesungguhnya, dan subunit e, yang mempunyai fungsi penyuntingan berupa eksonuklease 3’– 5’.
Selain itu, terdapat subunit b yang menempelkan polimerase pada DNA.
Begitu primer pada untai tertinggal
dielongasi oleh DNA polimerase III, mereka akan segera dibuang dan celah yang
ditimbulkan oleh hilangnya primer tersebut diisi oleh DNA polimerase I, yang
mempunyai aktivitas polimerase 5’ – 3’, eksonuklease 5’ – 3’, dan eksonuklease
penyuntingan 3’ – 5’. Eksonuklease 5’ - 3’ membuang primer, sedangkan
polimerase akan mengisi celah yang ditimbulkan. Akhirnya, fragmen-fragmen
Okazaki akan dipersatukan oleh enzim DNA ligase.
Secara in vivo, dimer holoenzim DNA polimerase III dan primosom diyakini
membentuk kompleks berukuran besar yang disebut dengan replisom. Dengan adanya
replisom sintesis DNA akan berlangsung dengan kecepatan 900 pb tiap detik.
Kedua garpu replikasi akan bertemu
kira-kira pada posisi 180 °C dari ori. Di sekitar daerah ini terdapat
sejumlah terminator yang akan menghentikan gerakan garpu replikasi. Terminator
tersebut antara lain berupa produk gen tus, suatu inhibitor bagi helikase DnaB.
Ketika replikasi selesai, kedua lingkaran hasil replikasi masih menyatu.
Pemisahan dilakukan oleh enzim topoisomerase IV.
Masing-masing lingkaran hasil replikasi kemudian disegregasikan ke dalam kedua
sel hasil pembelahan.
Replikasi
DNA eukariota
Pada eukariota,
replikasi DNA hanya terjadi pada fase S di dalam interfase. Untuk memasuki fase S diperlukan
regulasi oleh sistem protein kompleks yang disebut siklin dan kinase tergantung
siklin atau cyclin-dependent protein kinases (CDKs), yang berturut-turut akan
diaktivasi oleh sinyal pertumbuhan yang mencapai permukaan sel. Beberapa CDKs
akan melakukan fosforilasi dan mengaktifkan protein-protein yang diperlukan
untuk inisiasi pada masing-masing ori.
Berhubung dengan kompleksitas
struktur kromatin,
garpu replikasi pada eukariota bergerak hanya dengan kecepatan 50 pb tiap detik.
Sebelum melakukan penyalinan, DNA harus dilepaskan dari nukleosom
pada garpu replikasi sehingga gerakan garpu replikasi akan diperlambat menjadi
sekitar 50 pb tiap detik. Dengan kecepatan seperti ini diperlukan waktu sekitar
30 hari untuk menyalin molekul DNA kromosom pada kebanyakan mamalia.
Sederetan sekuens tandem yang
terdiri atas 20 hingga 50 replikon mengalami inisiasi secara serempak pada
waktu tertentu selama fase S. Deretan yang mengalami inisasi paling awal adalah
eukromatin,
sedangkan deretan yang agak lambat adalah heterokromatin.
Daerah sentromer dan telomer
dari DNA bereplikasi paling lambat. Pola semacam ini mencerminkan aksesibilitas
struktur kromatin yang berbeda-beda terhadap faktor inisiasi.
Seperti halnya pada prokariota, satu
atau beberapa DNA helikase dan Ssb yang disebut dengan protein replikasi A atau
replication protein A (RP-A) diperlukan untuk memisahkan kedua untai
DNA. Selanjutnya, tiga DNA polimerase yang berbeda terlibat dalam elongasi.
Untai pengarah dan masing-masing fragmen untai tertinggal diinisiasi oleh RNA
primer dengan bantuan aktivitas primase yang merupakan bagian integral enzim
DNA polimerase a. Enzim ini akan meneruskan elongasi replikasi tetapi kemudian segera
digantikan oleh DNA polimerase d pada untai pengarah dan DNA polimerase e pada
untai tertinggal. Baik DNA polimerase d maupun e mempunyai fungsi penyuntingan.
Kemampuan DNA polimerase d untuk menyintesis DNA yang panjang disebabkan oleh
adanya antigen
perbanyakan nuklear sel atau proliferating cell nuclear antigen (PCNA), yang
fungsinya setara dengan subunit b holoenzim DNA polimerase III pada E. coli.
Selain terjadi penggandaan DNA, kandungan histon di dalam sel juga mengalami
penggandaan selama fase S.
Mesin replikasi yang terdiri atas
semua enzim dan DNA yang berkaitan dengan garpu replikasi akan diimobilisasi di
dalam matriks nuklear. Mesin-mesin tersebut dapat divisualisasikan menggunakan
mikroskop dengan melabeli DNA yang sedang bereplikasi. Pelabelan dilakukan
menggunakan analog timidin, yaitu bromodeoksiuridin (BUdR),
dan visualisasi DNA yang dilabeli tersebut dilakukan dengan imunofloresensi
menggunakan antibodi yang mengenali BUdR.
Ujung kromosom linier tidak dapat
direplikasi sepenuhnya karena tidak ada DNA yang dapat menggantikan RNA primer
yang dibuang dari ujung 5’ untai tertinggal. Dengan demikian, informasi genetik
dapat hilang dari DNA. Untuk mengatasi hal ini, ujung kromosom eukariota
(telomer) mengandung beratus-ratus sekuens repetitif sederhana yang tidak
berisi informasi genetik dengan ujung 3’ melampaui ujung 5’. Enzim telomerase
mengandung molekul RNA pendek, yang sebagian sekuensnya komplementer dengan
sekuens repetitif tersebut. RNA ini akan bertindak sebagai cetakan (templat)
bagi penambahan sekuens repetitif pada ujung 3’.
Hal yang menarik adalah bahwa
aktivitas telomerase mengalami penekanan di dalam sel-sel somatis pada organisme
multiseluler, yang lambat laun akan menyebabkan pemendekan kromosom pada tiap
generasi sel. Ketika pemendekan mencapai DNA yang membawa informasi genetik,
sel-sel akan menjadi layu dan mati. Fenomena ini diduga sangat penting di dalam
proses penuaan sel. Selain itu, kemampuan penggandaan yang tidak terkendali
pada kebanyakan sel kanker juga berkaitan dengan reaktivasi enzim telomerase.
Berikut ini video proses replikasi..Untuk download silahkan klik DISINI
Langganan:
Postingan (Atom)